Kamis, Oktober 03, 2013

Sejarah Keberadaan Ilmu Komunikasi

SEJARAH KEBERADAAN ILMU KOMUNIKASI
CHAPTER REPORT
DISUSUN OLEH :
Raras Ristiandari

Chapter report ini dibuat untuk membantu pemahaman dalam mempelajari “SEJARAH KEBERADAAN ILMU KOMUNIKASI”.



BAB I
PENDAHULUAN

             Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
           Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.
          Manusia saling memerlukan komunikasi untuk keseharian dalam berinteraksi. Komunikasi dilakukan dengan banyak cara bisa dengan lisan, gerakan, tulisan maupun sinyal. Ilmu komunikasi dipelajari agar manusia dapat melakukan interaksi komunikasi dengan baik dan beretika.

BAB II
ISI CHAPTER
SEJARAH KEBERADAAN ILMU KOMUNIKASI

Dalam sejarah, Keberadaan Ilmu Komunikasi tumbuh dan berkembang dari 3 perspektif yaitu :
1.     Retorika
2.     Jurnalistik dari Amerika
3.     Publikasi dari Jerman

2.1. RETORIKA

Abad ke-5 sebelum Masehi, pertama kali dikenal suatu ilmu yang mengkaji proses pernyataan antarmanusia sebagai fenomena sosial. Ilmu tersebut dalam bahasa Yunani disebut rhetorike dengan nama latin Romawi rhetorika, yang dalam bahasa Inggrisnya disebut rhetoric, dan dalam bahasa Indonesianya disebut retorika.

Dipelopori oleh Georgias (480 - 370 SM) , Yunani merupakan negara pertama yang mengembangkan retorika. Pengembangan retorika sebagai seni bicara dimulai ketika kaum Sofis mengembara sambil mengajarkan pengetahuan mengenai politik dan pemerintahan. Filsafat Sofisme yang diutarakan oleh Georgias berlawanan dengan pendapat Protagoras ( 500 - 432 SM) dan Socrates (469 - 399 SM). Protagoras mengatakan bahwa kemahiran berbicara bukan demi kemenangan melainkan demi keindahan bahasa. Sementara Socrates menyatakan retorika adalah demi kebenaran dengan dialog sebagai tekniknya karena dengan dialog kebenaran akan timbul dengan sendirinya.

Dan puncak peranan retorika sebagai ilmu pernyataan antarmanusia ditandai oleh munculnya Demosthenes dan Aristoteles. Pada saat Demosthenes (384 - 322 SM) dengan kegigihannya mempertahankan kemerdekaan Athena kini telah menjadikan adanya anggapan umum bahwa dimana terdapat sistem pemerintahan yang berkedaulatan rakyat, harus ada pemilihan berkala dari rakyat dan oleh rakyat untuk memilih pimpinannya, dimana demokrasi menjadi sistem pemerintahan


2.2. Jurnalistik

  Ilmu Komunikasi juga berasal dari aspek persuratkabaran, yakni journalism atau jurnalistik atau jurnalisme yang merupakan suatu pengetahuan  (knowledge) tentang seluk beluk pemberitaan mulai dari peliputan bahan,pengelolahan berita sampai penyebaran berita.

      Joseph Pulitzer pada tahun 1903 , mula – mula mendambakan adanya School of Journalism menjadi lembaga pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan para wartawan. Karena yang disiarkan oleh media surat kabar itu tidak hanya informasi hasil kegiatan journalism , maka berkembanglah penyiaran pernyataan manusia tersebut menjadi mass communication media ( media komunikasi massa ) yang disingkat menjadi mass communication ( komunikasi massa).

Dalam proses komunikasi secara total, komunikasi melalui media massa hanya merupakan satu dimensi. Ilmu yang mempelajari dan menelitinya bukanlah Mass Communication Science, melainkan Communication Science yang lebih luas menelaah intrapersonal communication, intrapersonal communication, public communication, international communication, dan global communication. 

2.3. Publisistik

Sejarah publisistik di Jerman yang sebenarnya berkembang dari Ilmu pers atau ilmu persuratkabaran yang dikenal dengan nama Zaitungwissent. Pada awalnya ahli ekonomi Karl Bucher ( 1847 – 1930 ) tertarik menulis dan mengajarkan sejarah pers, organisasi pers, dan statistik pers pada tahun 1884. Bahkan pada tahun itu, studi pers muncul dengan nama Zaitungskunde di Universitas Bazel (Swiss).

Pada perkembangannya (1885-1936) mengkaji sifat pendapat umum dalam masyarakat massa. Dalam hubungan antara pers dengan pendapat itulah kemudian menaikkan gengsi surat kabar menjadi ilmu dengan lahirnya Zaitungwissenschaft tahun 1925. Dengan demikian persuratkabaran tidak lagi dipandang sebagai keterampilan belaka ( Zaitungskunde), tetapi tumbuh sebagai suatu disiplin ilmu sebagaimana disiplin ilmu yang lain.
Munculnya radio dan film awal abad ke-20 menimbulkan pengkajian baru yang lebih luas dari pada surat kabar. Menurut Hagemann, publisistik merupakan ilmu tentang isi kesadaran yang umum dan aktual. Kemudian Dofivat menyebut publistik sebagai segala upaya menggerakkan dan membimbing tingkah laku khalayak secara rohaniah, serta merupakan suatu kekuatan yang dapat mengendalikan tingkah laku manusia.

Dengan demikian, jika dilihat dari sudut objek, studi ilmu komunikasi bukan hanya surat kabar (ilmu pers/publisistik), bukan pula hanya media massa atau pernyataan umum, melainkan komunikasi atau pernyataan antarmanusia. Hal ini jelas bahwa sejarah psikologi komunikasi tidak terlepas dari dua konsepsi sejarah, yaitu psikologi dan komunikasi.

2.4. Perintis Dan Bapak Ilmu Komunikasi

Terdapat beberapa nama yang menjadi perintis dan bapak ilmu komunikasi antaralain :
  • ·        Willbur Schramm sebagai perintis terjadinya ilmu komunikasi
  • ·        Charles H. Cooley menunjukkan analisisnya terhadap proses komunikasi dengan pendekatan sosiologi
  •     Walter Lippman membahas dalam kapasitas sebagai wartawan; Sapir sebagai antropolog.

BAB III
ANALISIS

      Setelah membaca dari artikel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ilmu komunikasi mempunyai tahapan – tahapan dalam perkembangannya. Ilmu komunikasi tersebut menghasilkan 3 perspektif yaitu retorika, jurnalistik dan publikasi. Menurut perkembangannya perspektif tersebut akhirnya dikembangkan kembali oleh beberapa ahli/ pakar komunikasi untuk menjadi suatu ilmu komunikasi yang utuh yang menghasilkan disiplin dan ilmu sosial. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar