SEJARAH KEBERADAAN ILMU KOMUNIKASI
CHAPTER REPORT
DISUSUN OLEH :
Raras Ristiandari
Chapter report ini dibuat untuk membantu
pemahaman dalam mempelajari “SEJARAH KEBERADAAN ILMU KOMUNIKASI”.
BAB I
PENDAHULUAN
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal.
Manusia saling memerlukan komunikasi untuk keseharian dalam berinteraksi. Komunikasi dilakukan dengan banyak cara bisa dengan lisan, gerakan, tulisan maupun sinyal. Ilmu komunikasi dipelajari agar manusia dapat melakukan interaksi komunikasi dengan baik dan beretika.
BAB II
ISI CHAPTER
SEJARAH KEBERADAAN ILMU
KOMUNIKASI
Dalam sejarah, Keberadaan Ilmu Komunikasi tumbuh dan berkembang dari 3
perspektif yaitu :
1. Retorika
2. Jurnalistik dari Amerika
3. Publikasi dari Jerman
2.1. RETORIKA
Abad ke-5 sebelum Masehi, pertama kali dikenal suatu ilmu yang mengkaji
proses pernyataan antarmanusia sebagai fenomena sosial. Ilmu tersebut dalam
bahasa Yunani disebut rhetorike dengan nama latin
Romawi rhetorika, yang dalam bahasa Inggrisnya
disebut rhetoric, dan dalam bahasa Indonesianya disebut
retorika.
Dipelopori oleh Georgias (480 - 370 SM) , Yunani merupakan
negara pertama yang mengembangkan retorika. Pengembangan retorika sebagai seni
bicara dimulai ketika kaum Sofis mengembara sambil mengajarkan pengetahuan
mengenai politik dan pemerintahan. Filsafat Sofisme yang diutarakan oleh
Georgias berlawanan dengan pendapat Protagoras ( 500 - 432 SM)
dan Socrates (469 - 399 SM). Protagoras mengatakan bahwa
kemahiran berbicara bukan demi kemenangan melainkan demi keindahan bahasa.
Sementara Socrates menyatakan retorika adalah demi kebenaran dengan dialog
sebagai tekniknya karena dengan dialog kebenaran akan timbul dengan sendirinya.
Dan puncak peranan retorika sebagai ilmu pernyataan antarmanusia ditandai
oleh munculnya Demosthenes dan Aristoteles. Pada
saat Demosthenes (384 - 322 SM) dengan kegigihannya mempertahankan kemerdekaan
Athena kini telah menjadikan adanya anggapan umum bahwa dimana terdapat sistem
pemerintahan yang berkedaulatan rakyat, harus ada pemilihan berkala dari rakyat
dan oleh rakyat untuk memilih pimpinannya, dimana demokrasi menjadi sistem
pemerintahan
2.2. Jurnalistik
Ilmu Komunikasi juga berasal dari aspek
persuratkabaran, yakni journalism atau jurnalistik atau jurnalisme yang
merupakan suatu pengetahuan (knowledge) tentang seluk beluk pemberitaan
mulai dari peliputan bahan,pengelolahan berita sampai penyebaran berita.
Joseph
Pulitzer pada tahun 1903 , mula – mula mendambakan adanya School of
Journalism menjadi lembaga pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan para
wartawan. Karena yang disiarkan oleh media surat kabar itu tidak hanya
informasi hasil kegiatan journalism , maka berkembanglah penyiaran pernyataan
manusia tersebut menjadi mass communication media ( media komunikasi massa )
yang disingkat menjadi mass communication ( komunikasi massa).
Dalam proses komunikasi secara total, komunikasi melalui media massa hanya
merupakan satu dimensi. Ilmu yang mempelajari dan menelitinya bukanlah Mass
Communication Science, melainkan Communication Science yang lebih luas menelaah
intrapersonal communication, intrapersonal communication, public communication,
international communication, dan global communication.
2.3. Publisistik
Sejarah publisistik di Jerman yang sebenarnya berkembang dari Ilmu pers
atau ilmu persuratkabaran yang dikenal dengan nama Zaitungwissent. Pada awalnya
ahli ekonomi Karl Bucher ( 1847 – 1930 ) tertarik menulis dan mengajarkan
sejarah pers, organisasi pers, dan statistik pers pada tahun 1884. Bahkan pada
tahun itu, studi pers muncul dengan nama Zaitungskunde di Universitas Bazel
(Swiss).
Pada perkembangannya (1885-1936) mengkaji sifat pendapat umum dalam
masyarakat massa. Dalam hubungan antara pers dengan pendapat itulah kemudian
menaikkan gengsi surat kabar menjadi ilmu dengan lahirnya Zaitungwissenschaft
tahun 1925. Dengan demikian persuratkabaran tidak lagi dipandang sebagai
keterampilan belaka ( Zaitungskunde), tetapi tumbuh sebagai suatu disiplin ilmu
sebagaimana disiplin ilmu yang lain.
Munculnya radio dan film awal abad ke-20 menimbulkan pengkajian baru yang
lebih luas dari pada surat kabar. Menurut Hagemann, publisistik
merupakan ilmu tentang isi kesadaran yang umum dan aktual. Kemudian Dofivat menyebut
publistik sebagai segala upaya menggerakkan dan membimbing tingkah laku
khalayak secara rohaniah, serta merupakan suatu kekuatan yang dapat
mengendalikan tingkah laku manusia.
Dengan demikian, jika dilihat dari sudut objek, studi ilmu komunikasi bukan
hanya surat kabar (ilmu pers/publisistik), bukan pula hanya media massa atau
pernyataan umum, melainkan komunikasi atau pernyataan antarmanusia. Hal ini
jelas bahwa sejarah psikologi komunikasi tidak terlepas dari dua konsepsi
sejarah, yaitu psikologi dan komunikasi.
2.4. Perintis Dan Bapak Ilmu Komunikasi
Terdapat beberapa nama yang menjadi perintis dan bapak ilmu komunikasi
antaralain :
- · Willbur
Schramm sebagai perintis terjadinya ilmu komunikasi
- · Charles
H. Cooley menunjukkan analisisnya terhadap proses komunikasi dengan
pendekatan sosiologi
- Walter Lippman membahas dalam kapasitas sebagai wartawan; Sapir sebagai antropolog.
BAB III
ANALISIS
Setelah
membaca dari artikel diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ilmu komunikasi mempunyai
tahapan – tahapan dalam perkembangannya. Ilmu komunikasi tersebut menghasilkan
3 perspektif yaitu retorika, jurnalistik dan publikasi. Menurut perkembangannya
perspektif tersebut akhirnya dikembangkan kembali oleh beberapa ahli/ pakar
komunikasi untuk menjadi suatu ilmu komunikasi yang utuh yang menghasilkan
disiplin dan ilmu sosial.